Dirgahayu Indonesia Ke-73, Tugas Panjang Masih Menanti Untuk Di Selesaikan.

by -1366 Views

PASTI Indonesia – MERDEKA, Pikik-kan ini menyambangi Seantero Nusantara Pada Tahun 1945, dimana proklamasi pertama kali dibacakan oleh Proklamator Indonesia, Presiden Pertama Republik Ini, Ir. Soekarno. Tanpa Terasa 73 Tahun telah dilalui bangsa ini sebagai Negara yang MERDEKA dan Berdaulat.

Tujuh Presiden telah memimpin Negeri Bhineka Tunggal Ika ini, suka,duka, airmata dan darah telah menghiasi perjalanan Negeri ini, mulai dari Perjuangan menuju Kemerdekaan hingga Kemerdekaan Berdaulat berhasil kita dapatkan. Di usia Kemerdekaan yang ke-73 tentunya bukan lagi usia belia bagi Indonesia. Indonesia seharusnya sudah mampu menjadi Negara Maju mengingat segala sumber kekayaan Alam sangat mempuni untuk membawa Indonesia kearah itu.

Namun seolah berbanding terbalik, di usia yang ke-73nya Indonesia masih berkutat pada Persoalan Klasik, Seperti Persoalan SARA yang kerap menjadi pemecah bangsa ini, Persoalan Kejahatan Kemanusiaan(HAM) yang tidak kunjung usai,hingga korupsi yang seolah enggan PERGI dari Nusantara ini.

Persoalan SARA

Persoalan SARA di Indonesia mungkin menjadi uratan Nomor satu yang paling mudah memecah belah bangsa ini, sedikit pergesekan maka Api dengan mudah menyulut permusuhan antar kelompok dan menumpahkan darah sesama anak bangsa. Seolah kita semua lupa, perjuangan Kemerdekaan dahulu dilakukan oleh para pejuang tanpa melihat lagi Perbedaan Suku, Agama maupun RAS, hanya untuk satu kata Yaitu MERDEKA. Dan Benih Permusuhan atas SARA dahulu adalah Ciptaan Penjajah agar Bangsa ini tidak dapat bersatu dan memperoleh Kemerdekaan. Bangsa ini sengaja di pecah belah, sengaja diciptakan kebencian antar suku, antar agama dengan politik devide et impera (Adu Domba). Menjadi Kesadaran bagi kita semua untuk dapat mulai mengembalikan Persatuan dan Kesatuan Bangsa ini, dan Menjadi WARAS dari semua Hoax atau Provokasi pihak manapun yang ingin memecah bangsa ini. Karena Jelas, semakin mudah bangsa ini dipecah belah, maka akan semakin mudah negara ini di dorang pada kehancuran. Tentunya Kehancuran Indonesia sangat diharapkan oleh pihak-pihak asing maupun pihak yang ingin mencari keuntungan, Karena Kekayaan Indonesia sangat menjanjikan. Apakah kita harus terus seperti ini? Mudah dipecah belah hanya karena Perbedaan SARA? Tanyakan kepada diri anda? Jika tidak, maka inilah saatnya kita bersatu untuk menyongsong Indonesia Maju, agar kelak anak cucu kita tidak lagi mewarisi citra Bangsa Pemarah dan mudah dipecah belah karena SARA. Siapa Kita? INDONESIA!

Persoalan Kejahatan Kemanusian

Persoalan pelanggaran HAM seolah tidak pernah usai di republik ini, dari masa kemasa dan seolah hanya menjadi agenda Kampanye Lima Tahunan dalam ajang Pesta Demokrasi yang kemudian meredup setelah pesta itu usai. Belum ada tindakan serius Negara atas Persoalan Kemanusiaan, mulai dari pelanggaran HAM masalalu seperti 1965, Tanjung Priok, Talang sari, Kerusuhan Etnis 1998, hingga pelanggaran HAM di Aceh maupun Papua. Belum Keseriusan dari Pemerintah untuk berani menuntaskan semua persoalan HAM ini, satu-satunya Presiden yang berani mencoba menyelesaikan Persoalan ini mungkin hanya GUSDUR, Presiden ke 4 Repulblik ini, itupun di gulingkan sebelum akhir masa jabatannya. Harapan Penyelesaian Ham ini sepertinya akan Pupus dan Terus menjadi Sejarah Kelam Bangsa ini, sebenarnya kita dapat belajar pada Africa Selatan bagaimana mereka menuntaskan persoalan kejahatan kemanusiaan masalalu. Nelson Mandela telah mengajarkan dunia ini, Forgive but not Forgotten (memaafkan namun tidak melupakan), kita tidak mungkin kembali kepada masalalu, namun kita juga tidak harus meninggalkan luka lama kepada generasi selanjutnya. Rekonsilasi adalah jalan untuk menyelesaikan semua persoalan ini khususnya HAM Masalalu. Sebagaimana NELSON MANDELA yang telah mengajarkan dunia untuk memaafkan, serta tidak mungkin waktu akan kembali pada masalalu, maka Pintu Maaf tentu akan terbuka bila rekonsiliasi dilakukan. Kejujuran akan Sejarah dan masalalu sangat dibutuhkan bangsa ini, apakah kita akan terus membohongi sejarah bangsa ini? Dan mewariskan catatan hitam yang tidak pernah usai pada generasi selanjutnya? Negara dalam Hal ini harus berani menyelesaikan catatan hitam tersebut. Anak-anak PKI dan Anak-anak Korban PKI yang kini menyatu dalam FSAB (Forum Silaturahmi Anak Bangsa) telah mengajarkan pada kita, bahwa mereka saja dapat saling memaafkan dan tidak ingin mewariskan Generasi Pendendam. Haruskah kita menunggu 100 Tahun lagi? Untuk penyelesaikan sebuah catatan sejarah masalalu?

Korupsi Yang Enggan Pergi Dari Nusantara ini

Sejarah telah mencatat Bahwa kekayaan Alam Negeri ini mengundang semua Penjajah berebut untuk menguasai negeri ini, mulai dari Inggris, Portugis hingga belanda. Bahkan belanda rela  menukar pulau manhattan di Amerika dengan Pulau Banda kepada Inggris demi Buah PALA. Dan kekayaan Freeport di papua Menyumbang 70 persen pembangunan Amerika. Belum lagi kekayaan Pulau kalimantan dan Aceh, Indonesia menjadi Surga Kekayaan Alam Dunia. Yang Bahkan dalam catatan sejarah dinasti Tang hingga Ming di Tiongkok, telah dituliskan Nanyang (Nusantara) adalah satu-satunya daratan di Dunia ini yang memiliki semua sumber kekayaan Alam. Namun kekayaan Alam tersebut berbanding terbalik dengan keadaan masyarakat di Indonesia, yang dimana jika dibariskan jumlah orang miskinnya cukup membentuk barisan manusia sepanjang sabang sampai merauke. Kekayaan Alam yang melimpah ruah, namun tidak dibarengi dengan Jiwa Keadilan Sosial maka yang terjadi hanyalah Perampokan terhadap sumberdaya alam untuk keuntungan Pribadi. Korupsi masih mewarnai Republik ini mulai dari Jaman Orde Baru hingga detik ini, Kepemimpinan yang di dasari pada kepentingan dan kekuasaan hanya akan melahirkan Pejabat-pejabat korup, dan realitasnya Pejabat-pejabat di daerah menjadi raja-raja kecil. Hukum juga seolah sulit menyentuh mereka, sehingga kian membuat mereka merajalela dan akhirnya terlahir sebuah tatanan system korup di masyarakat. Lalu Kemerdekaan Milik siapa? Milik mereka yang menjadi Pejabat? Mereka yang Kaya? Sedangkan Masyarakat hidup kian tercekik dan sulit akibat korupsi. Mau sampai kapankah Negeri ini terus dibiarkan digrogoti dengan Korupsi? Kita menyatakan perang terhadap NARKOBA, namun seolah Enggan Perang terhadap Korupsi, yang nyatanya Korupsi juga membunuh Hak satu generasi.

Selain tugas panjang yang menanti untuk diselesaikan, di Usia yang ke 73 ini juga Indonesia menghadapi situasi yang sangat membutuhkan Kedewasaan Masyarakat, dimana dinamika Pilpres 2019 telah dimulai. Masing-masing kandidat dengan JARGONnya, Masyarakat dengan masing-masing pilihannya. Apakah kita harus terpecah karena perbedaan pilihan? Jawaban ini ada pada anda semua. Siapapun Pilihan Anda, itu adalah hak demokrasi Anda, Namun akan menjadi sebuah Hal Bodoh bila hanya Demokrasi yang menjadi Kebebasan itu sendiri diciderai dengan Perpecahan. Apakah anda tidak lelah dengan perpecahan? Haruskan kita biarkan Merah Putih terkoyak hanya karena Perbedaan Pilihan? Siapapun mereka yang terpilih Kelak, Lawan kita sesungguhnya adalah KORUPSI! Karena Korupsilah yang membawa bangsa ini pada Kehancuran.

Akhir kata, DIRGAHAYU UNTUK BANGSA KU, DIRGAHAYU UNTUK NEGERI KU ke-73. Semoga kelak menyongsong Indonesia Emas di 100 Tahunnya, semua tugas Panjang telah mampu diselesaikan Negara ini, agar kita tidak lagi mewariskan dan melahirkan generasi Pendendam dengan Sederetan Catatan Hitam dalam Sejarah yang belum terselesaikan. (Arlex)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.