PASTI Indonesia – Nama Brigjen Pol Dr. Eko Rudi Sudarto, S.IK, M.Si. atau biasa di sapa kaka Eko Sudarto, mungkin di sebagian Masyarakat Umum Indonesia tidak terlalu “Famous”, namun ketika nama ini disebut di Tanah Papua, nama ini melekat di hati Masyarakat Asli Papua khususnya Provinsi Papua.
Interpol, BINMAS NOKEN Hingga WAKAPOLDA PAPUA
Mungkin sebagian publik tidak mengetahui bahwa Brijen Pol Eko Rudi Sudarto pernah bertugas di Interpol, namun kecintaanya pada Papua membawanya kembali sebagai Kasatgas BINMAS NOKEN, yang dimana menampilkan Wajah Polri Humanis yang turun langsung ke lapangan untuk merangkul masyarakat khususnya Orang Asli Papua, mulai dari mengajar hingga mengembangkan SDM dan Potensi Lokal agar dapat mengelola kekayaan alam sendiri.
Kaka Eko Sudarto sendiri, walau berpangkat Kombes pada saat itu, tidak merasa canggung untuk turun langsung dan bercengkrama dengan Masyarakat Asli Papua yang ada di pelosok-pelosok, baik untuk mendengar keluh-kesah masyarakat, hingga berbagi bantuan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Mengemban Tugas Sebagai Wakapolda Papua
Kaka Eko Sudarto sendiri di percaya untuk mengemban amanah sebagai Wakapolda Papua, hampir setahun sebagai Wakapolda, kini dirinya di”Tarik” kembali ke Mabes POLRI sebagai Karojianstra Slog POLRI, sebuah peranan yang sangat central dan penting bagi Institusi POLRI yakni Staf Kapolri bidang Logistik. Namun Kenangan sebagai Kasatgas BINMAS Noken dan Wakapolda Papua tetap melekat di hati Masyarakat Asli Papua.
Penulis Handal
Selain perananya sebagai seorang anggota POLRI, Kaka Eko Sudarto juga memiliki hobby menulis, selain menulis catatan hariannya yang kerap dia upload ke Blog Pribadinya, beberapa tulisan terkait Papua juga sangat bermanfaat, khususnya tentang kebijakan afirmatif Papua. Kebiasaan menulis Kaka Eko Sudarto ini juga diakui oleh KAPOLDA Papua, Irjen Pol Mathius D. Fakhiri. Yang dimana pada saat perpisahan sebagai Wakapolda Papua, Kapolda Papua meminta untuk tidak berhenti menulis soal Papua.
Meraih Hoegeng Award 2022
Di Tahun 2022, Kaka Eko di “ganjar” dengan Hoegeng Award, sebuah penghargaan yang memang sangat layak di berikan mengingat sosoknya sebagai Anggota Kepolisian yang Inovatif, Berdedikasi, dan Berintegritas. Inovasinya terkait BINMAS NOKEN sudah tidak perlu diragukan, dedikasinya untuk masyarakat khususnya di Papua sudah teruji dan Integritasnya tidak dapat terbantahkan.
Sosok Kaka Eko Sudarto di mata PASTI Indonesia
Kaka Eko Sudarto, bagi PASTI Indonesia adalah Wajah Polisi yang seharusnya, PASTI Indonesia sendiri memiliki catatan tersendiri terkait Kaka Eko Sudarto yang dikenal secara tidak sengaja pada tahun 2017. Awal perkenalan PASTI Indonesia dengan Kaka Eko, malah tidak mengetahui bahwa kaka Eko Sudarto adalah seorang Anggota POLRI dengan pangkat Kombes, karena pada saat itu Kaka Eko Sudarto ikut dalam Tim Pengembangan Ekonomi yang berisi teman-teman pengusaha yang di undang untuk ikut membantu pengembangan ekonomi Masyarakat Pala di Fakfak dibawah Naungan ASPPATON (Asosiasi Petani Pala Tomandin). Dan kaka Eko Sudarto ikut hadir sebagai tamu, yang di undang oleh teman Tim Pengembangan Ekonomi yang sebelumnya telah mengetahui bahwa Kaka Eko Sudarto adalah Kasatgas Binmas NOKEN.
Sosok Humble dan mudah bergaul dengan semua kalangan
Kaka Eko Sudarto sendiri, selama perjalanan di Fakfak yang hampir sekitar seminggu lamanya, sangat mudah bergaul dengan masyarakat asli Papua. Bahkan selama keberadaannya ditengah masyarakat yang hampir selama seminggu itu, masyarakat tidak ada yang mengetahui bahwa Kaka Eko Sudarto adalah seorang KOMBES, canda tawa di emperan jalan adalah hal biasa yang dilakukan. Bahkan setelah kepulangan Kaka Eko Sudarto bersama Tim, beberapa Masyarakat Asli Papua yang biasa bercengkrama dengan Kaka Eko bertanya “Mas Jawa kemarin itu kemana kaka?” dan tentunya dijawab sudah kembali ke Jakarta.
Tinggal di Kantor ELSAM Fakfak
Hampir selama 1 minggu lamanya, Kaka Eko Sudarto tinggal bersama Masyarakat dan melihat serta mendengar semua keluh kesah masyarakat yang datang kesana, tanpa malu-malu dan canggung kaka Eko selalu memberikan masukan kepada masyarakat untuk mencari keadilan dan membuat pelaporan jika dirasa memang terjadi pelanggaran hukum. (Masyarakat sekitar kantor Elsam tidak mengetahui bahwa Kaka Eko adalah seorang Kombes)
Typical POLISI PENGGARIS
Dari perkenalan PASTI Indonesia dengan Kaka Eko Sudarto, dan beberapa kali terlibat dalam diskusi terkait Persoalan Papua, PASTI Indonesia melihat sosok Kaka Eko adalah typical Polisi Penggaris, yang dapat di artikan LURUS. Bekerja sesuai Tupoksi dan mengutamakan Dedikasi. Dikala sahabat-sahabatnya telah menjadi Jenderal, Kaka Eko Sudarto tidak terlalu di pusingkan dengan “Jabatan” dirinya hanya Fokus Kerja dan menulis dikala senggang. Maka cukup tepat jika Kapolri, menempatkan Kaka Eko Sudarto di Staf Kapolri Bidang Logistik,karena Posisi tersebut sangat membutuhkan orang yang berdedikasi.
Hal Paling Mengesankan bagi PASTI Indonesia
Dalam kenangan PASTI Indonesia yang hampir 1 minggu bersama Kaka Eko Sudarto di Fakfak, terdapat 2 momentum yang luar biasa bagi PASTI Indonesia terkait sosok Kaka Eko.
Membebaskan Penyu Hijau Hasil Tanggapan Nelayan
Pada sebuah momen, dimana Kawan-kawan Tim Pengembangan Ekonomi menjelang beberapa hari lagi akan kembali ke Jakarta, maka memutuskan untuk menikmati pemandangan Fakfak dengan Memancing pada sore hari menggunakan perahu Nelayan.
Maka tim pun menuju ke perkampungan Nelayan untuk menyewa Perahu Nelayan sekitar, yakni sekitar 4 Perahu Nelayan guna menampung sekitar 18 orang. Pada saat menunggu Perahu Nelayan,Kaka Eko melihat sebuah Jaring terampung Milik Nelayan yang didalamnya berisi Penyu Hijau.
Lalu Kaka Eko bertanya kepada Nelayan, “Ade, itu apa? Penyu kah?”, lalu dijawab : “io, Kaka.”, lalu disambut lagi oleh kaka eko : “Itu di tangkap untuk makan kah atau di jual lagi?”, dijawab lagi oleh adik Nelayan : “di jual kaka”, “dijual berapa ade?” Tanya Kaka Eko lagi. Lalu dijawab : “200rb kaka”. Kemudian kaka eko merogoh kocek, dan membayarkan 200rb tersebut kepada Nelayan. “Adik, ini kaka beli, adik tolong kasih lepas ya penyu itu.” Lalu Nelayan itu menjawab : “Oh kaka, kenapa dilepas, sa pikir kaka mau buat makan”. Lalu kaka Eko merangkul adik Nelayan itu : “Adik, Penyu Hijau itu sekarang di alam su sediki, dan hewan itu di lindungi, alangkah baiknya kelak kalau dapa hewan begini, jangan untuk makan, tong lepas lagi, karena Alam lebih butuh hewan begini untuk jaga ekosistem.” Kemudian adik nelayan itu memberikan Penyu Hijau kepada Kaka Eko untuk dilepaskan, namun kemudian kita putuskan supaya penyu tersebut tidak tertangkap lagi, kita lepaskan nanti di laut tengah pada saat perjalan memancing. Kemudian kaka Eko bersama seorang teman dari Jakarta melepaskan Penyu tersebut di laut.
Panggang Ikan untuk makan orang lain
Moment kedua yang luar biasa menurut PASTI Indonesia, yang saat itu dirasakan langsung oleh Direktur PASTI Indonesia, Arlex. Adalah usai memancing, rombongan mampir ke salah satu pulau tidak jauh dari Fakfak, di pulau kosong itu kemudian rombongan berencana memanggang hasil pancingan tadi. Tanpa malu dan ragu, Kaka Eko terjun langsung memanggang ikan, yang dimana ikannya di santap bersama dengan Masyarakat Lokal yang kebetulan ada di pulau tersebut.
Pada Momen itu, Direktur PASTI Indonesia meminta Kaka Eko untuk tidak usah turut serta memanggang ikan, karena sudah lelah memancing. Namun jawaban Kaka Eko sungguh tidak terduga, “Ade, saya ini Pelayan dan Pengayom Masyarakat, ini yang kita panggang juga untuk dimakan sama-sama dengan Masyarakat, jadi sudah betul saya ikut andil, bukan hanya duduk menikmati makan”. Kata-kata ini yang sampai saat ini membekas di ingatan Direktur PASTI Indonesia.
Implementasi POLRI yang sesungguhnya
Pelayan dan Pengayom, seperti itulah seharusnya wajah POLRI, dan menjadi keharusan bagi setiap anggota POLRI untuk berperilaku seperti itu, namun Wajah POLRI semacam ini sudah sulit ditemui sekarang ini. Mungkin salah satunya adalah Kaka Eko. Dalam beberapa rekam jejak mulai dari sebagai Kasatgas BINMAS NOKEN, hingga Wakapolda Papua dan dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menemukan kesederhanaan dan kesahajaan sosok Kaka Eko yang tidak ragu untuk duduk bersama Masyarakat kecil dan mendengarkan keluh kesah mereka. Salah satunya terbukti pada saat 1 minggu berada di Fakfak, hampir masyarakat yang biasa bersenda gurau tidak ada yang menyangka bahwa yang bersangkutan adalah seorang Anggota Kepolisian dan berpangkat Perwira Menengah saat itu.
Semoga Kembali Lagi SEBAGAI KAPOLDA di Tanah PAPUA
Papua jelas Tanah yang membutuhkan mereka yang bekerja dengan HATI, Mendengar dan mau Melayani, Papua perlu wajah-wajah yang mencintai, bukan mereka yang hanya datang untuk mencari sekedar Jabatan dengan bermain pada kasus “Pengamanan” mulai dari Korupsi,Penjarahan Hutan, Togel hingga Miras.
Wajah Hoegoeng sangat dibutuhkan ditanah Papua, salahsatunya sosok-sosok seperti Kaka Eko, yang mampu meninggalkan bekas mendalam di hati masyarakat. Yang menampilkan WAJAH POLRI yang RAMAH bukan WAJAH POLRI yang MARAH. Sebagaimana rasa Traumatik Masyarakat Papua terkait Kepolisian, maka wajah POLRI RAMAH sangat dibutuhkan Papua.
Besar harapan, suatu ketika Kaka Eko bisa kembali ke Papua sebagai seorang KAPOLDA dan menampikan lebih banyak Wajah POLRI RAMAH sebagaimana Pesan PRESISI Kapolri, Listyo Sigit Prabowo. (Lex)